Karya Risa
Agustus
2009, waktu dimana aku memutuskan untuk memasang hijabku. Awal aku menggunakan
hijab yaitu menggunakan jilbab paris 1 lapis saja dan saat itu sudah
menggunakan rok. Walaupun pada saat itu sudah ada kakakku yang menggunakan
hijab rapi, tetapi aku masih menggunakan jilbab biasa. Mungkin memang belum tau
ilmunya kali ya, makanya yang penting mah jilbab. Nah pada saat itu dikelas
memang sudah ada para hijaber yang berjumlah tiga orang, jadi aku memang punya
teman, dan mereka selalu memotivasiku. Perlahan aku memperhatikan kondisi
lingkungan ku, ternyata kakak-kakak di kampus banyak bange=-22222 yang hijaber.
Aku memperhatikan gaya mereka satu persatu, “hijaber pikir ku, sesuai dengan
kelakuannya”. Mulai dari itu aku tertarik dengan hijab lebar, ya walaupun pada
saat itu gak ada trend hijab lebar seperti zaman mode sekarang.
Kakak
asuh.
Waktu
itu aku dan beberapa orang teman-teman sejawat dibimbing oleh dua orang kakak
asuh. Dasarnya aku memang tak suka kakak asuh yang kedua, gak tau kenapa, gak
suka aja. Makanya aku tidak mendapat hidayah lewat mereka. Ya walaupun kakak
asuh pertama ku itu super banget, tapi kami jarang kumpul bareng beliau, biasa
lah ada-ada aja kendala untuk bertemu. Materi demi materi aku dapatkan dari
kakak asuhku. Dua orang kakak asuhku selalu membimbingku dengan sabar. Tetapi
belum juga aku mendapatkan hidayah.
Kajian,
ya kajian.
Saat
itu aku mengikuti sebuah agenda kajian muslimah yang diadakan dimushola LDK
Fikri. Pemateri saat itu sangat luar biasa, dan pesertanya pun rame banget,
mulai dari kami-kami yang maba hingga kakak-kakak hijaberpun ada. Tema kajian
saat itu yaitu tentang hijab yang benar. Awalnya memang ikut-ikutan aja kajian
itu, karena disuruh oleh kakak asuh. Nurut aja pikirku.
Hidayah, masih setengah
hidayah.
Kajian
yang diisi oleh kakak pemateri itu sangat ringan, walaupun menyampaikannya hal
yang agak berat menurutku. Mula-mulanya aku merasa minder karena aku duduknya
disamping-samping para hijaber. Gimana aku gak minder, aku aja lain sendiri,
menggunakan hijab tipis sekali. Saat itu sang pemateri menunjukkan cara-cara
hijab yang benar beserta dalil-dalilnya. Sang pemateri menunjuk salah satu
peserta kajian dengan menyebutkan, inilah penggunaan hijab yang benar, dengan
memuji tentunya. Akupun memperhatikan peserta yang ditunjuk oleh sang pemateri,
“ia cantik, gumamku”. Kemudian sang pemateri menunjuk kearah ku,
Deg...jantungku berdegup. Kenapa kakak ini menunjuk kearah ku, pikirku. Padahal
aku kan gak benar hijabnya. Sang pemateri bertanya “siapa nama kamu?”, risa
jawabku. Risa ini cantik sekali ujar sang pemateri, wah aku tersanjung. Tetapi
lebih cantik lagi kalau hijabnya cantik seperti kakak-kakak disamping risa,
ujarnya. Gubrak.... mider-meinder. Aku mulai minder. Ih, kakak ini nih, kok
gitu sih, aku kan jadi malu. Kuperhatikan jilbabku dan kuperhatikan para
hijaber, beda banget. Huu, rasanya mau lari aja kenceng-kenceng. Maluuuu....
Hidayah
lagi, masih tiga per empat hidayah.
Aku
sholat dzuhur di mushola LDK Fikri. Aku masuk dan aku perhatikan ada sesuatu
yang beda dari penampakan mata. Aku dekati dan aku baca, judul nya “Tata Cara
Berhijab yang Benar” beserta dalil-dalil dan gambar-gambar yang menunjang.
Kubaca dengan seksama dan perlahan, ada delapan kriteria berhijab yang agak
menyimpang dan satu kriteria yang sempurna. Aku perhatikan diriku, hii aku
termasuk salah satu diantara kedelapan pengguna hijab yang menyimpang. Aku malu
pada diriku sendiri.
Aku
mulai berfikir dan merenung setiap kejadian demi kejadian yang pernah aku
lalui. Dengan otak yang jernih aku mulai berfikir lagi. Kok sepertinya ada yang
salah ya dengan diriku, gumamku dalam hati. Kenapa aku selalu menemukan
kejadian yang memalukan pada diriku akhir-akhir ini. Kenapa?. Masih dengan
pertanyaan kenapa, dan aku mulai tertidur.
Sahabat.
Kakakku
punya seorang sahabat yang sering banget silaturahim kerumah, ya memang
keadaannya rumah kami berjarak kurang lebih 15 meter. Miss X ini selalu membuat
suasa rumah jadi riang, dan tentunya selalu mensuportku. Kami sering banget
melalui hari-hari dengan masak-masak dan makan bersama. Pokonya kental banget
deh. Walaupun pikiran orang diluar sana mengenai Miss X ini agak garang, tapi
menurutku tidak, hanya saja mereka tidak mengenal Miss X dari dalamnya saja.
Aku sangat senang banget hadirnya Miss X sebagai pemotivasi hidupku. Dia memang
pemprovokator. Selalu memprovokatori pikirian ku dan pikiran kakakku. Dari itu
Miss X selalu dan selalu saja mandorong agar aku menggunakan hijab yang benar.
Hidayah.
100% Hidayah.
Kajadian
yang sering aku lewati membuat aku berfikir bahwa aku memang harus mulai
berubah. Tiga bulan setelah perkuliahan berjalan, akupun memutuskan untuk
menjadi hijaber. Allah menitipkan hidayah-Nya melalui rasa malu yang selalu aku
rasakan. Simple saja, Rasa Malu. Memang benar ya, orang yang masih memiliki
rasa malu berarti iman didalam dadanya masih ada. Aku mulai merasa nyaman
dengan menggunakan hijab lebar. Walaupun secara kafaah aku belum memiliki itu
semua, ya aku tetap dengan pendirianku untuk menjadi seorang yang hijaber
secara fisik dulu, mungkin dimulai dari fisik makan dengan perlahan segala
sesuatunya bisa berubah secara beriringan.
100%
hidayah berjilbab lebar datang menghampiriku. Dan aku harus tetap menjaga
titipan Allah ini.
To
be Continue...
jagalah ragamu
BalasHapushttp://hidayah100.blogspot.co.id/2015/11/tips-agar-bangun-sholat-subuh.html