16:35
1
Karya Risa
Agustus 2009, waktu dimana aku memutuskan untuk memasang hijabku. Awal aku menggunakan hijab yaitu menggunakan jilbab paris 1 lapis saja dan saat itu sudah menggunakan rok. Walaupun pada saat itu sudah ada kakakku yang menggunakan hijab rapi, tetapi aku masih menggunakan jilbab biasa. Mungkin memang belum tau ilmunya kali ya, makanya yang penting mah jilbab. Nah pada saat itu dikelas memang sudah ada para hijaber yang berjumlah tiga orang, jadi aku memang punya teman, dan mereka selalu memotivasiku. Perlahan aku memperhatikan kondisi lingkungan ku, ternyata kakak-kakak di kampus banyak bange=-22222 yang hijaber. Aku memperhatikan gaya mereka satu persatu, “hijaber pikir ku, sesuai dengan kelakuannya”. Mulai dari itu aku tertarik dengan hijab lebar, ya walaupun pada saat itu gak ada trend hijab lebar seperti zaman mode sekarang.
Kakak asuh.
Waktu itu aku dan beberapa orang teman-teman sejawat dibimbing oleh dua orang kakak asuh. Dasarnya aku memang tak suka kakak asuh yang kedua, gak tau kenapa, gak suka aja. Makanya aku tidak mendapat hidayah lewat mereka. Ya walaupun kakak asuh pertama ku itu super banget, tapi kami jarang kumpul bareng beliau, biasa lah ada-ada aja kendala untuk bertemu. Materi demi materi aku dapatkan dari kakak asuhku. Dua orang kakak asuhku selalu membimbingku dengan sabar. Tetapi belum juga aku mendapatkan hidayah.
Kajian, ya kajian. 
Saat itu aku mengikuti sebuah agenda kajian muslimah yang diadakan dimushola LDK Fikri. Pemateri saat itu sangat luar biasa, dan pesertanya pun rame banget, mulai dari kami-kami yang maba hingga kakak-kakak hijaberpun ada. Tema kajian saat itu yaitu tentang hijab yang benar. Awalnya memang ikut-ikutan aja kajian itu, karena disuruh oleh kakak asuh. Nurut aja pikirku.
Hidayah, masih setengah hidayah.
Kajian yang diisi oleh kakak pemateri itu sangat ringan, walaupun menyampaikannya hal yang agak berat menurutku. Mula-mulanya aku merasa minder karena aku duduknya disamping-samping para hijaber. Gimana aku gak minder, aku aja lain sendiri, menggunakan hijab tipis sekali. Saat itu sang pemateri menunjukkan cara-cara hijab yang benar beserta dalil-dalilnya. Sang pemateri menunjuk salah satu peserta kajian dengan menyebutkan, inilah penggunaan hijab yang benar, dengan memuji tentunya. Akupun memperhatikan peserta yang ditunjuk oleh sang pemateri, “ia cantik, gumamku”. Kemudian sang pemateri menunjuk kearah ku, Deg...jantungku berdegup. Kenapa kakak ini menunjuk kearah ku, pikirku. Padahal aku kan gak benar hijabnya. Sang pemateri bertanya “siapa nama kamu?”, risa jawabku. Risa ini cantik sekali ujar sang pemateri, wah aku tersanjung. Tetapi lebih cantik lagi kalau hijabnya cantik seperti kakak-kakak disamping risa, ujarnya. Gubrak.... mider-meinder. Aku mulai minder. Ih, kakak ini nih, kok gitu sih, aku kan jadi malu. Kuperhatikan jilbabku dan kuperhatikan para hijaber, beda banget. Huu, rasanya mau lari aja kenceng-kenceng. Maluuuu....
Hidayah lagi, masih tiga per empat hidayah.
Aku sholat dzuhur di mushola LDK Fikri. Aku masuk dan aku perhatikan ada sesuatu yang beda dari penampakan mata. Aku dekati dan aku baca, judul nya “Tata Cara Berhijab yang Benar” beserta dalil-dalil dan gambar-gambar yang menunjang. Kubaca dengan seksama dan perlahan, ada delapan kriteria berhijab yang agak menyimpang dan satu kriteria yang sempurna. Aku perhatikan diriku, hii aku termasuk salah satu diantara kedelapan pengguna hijab yang menyimpang. Aku malu pada diriku sendiri.
Aku mulai berfikir dan merenung setiap kejadian demi kejadian yang pernah aku lalui. Dengan otak yang jernih aku mulai berfikir lagi. Kok sepertinya ada yang salah ya dengan diriku, gumamku dalam hati. Kenapa aku selalu menemukan kejadian yang memalukan pada diriku akhir-akhir ini. Kenapa?. Masih dengan pertanyaan kenapa, dan aku mulai tertidur.
Sahabat.
Kakakku punya seorang sahabat yang sering banget silaturahim kerumah, ya memang keadaannya rumah kami berjarak kurang lebih 15 meter. Miss X ini selalu membuat suasa rumah jadi riang, dan tentunya selalu mensuportku. Kami sering banget melalui hari-hari dengan masak-masak dan makan bersama. Pokonya kental banget deh. Walaupun pikiran orang diluar sana mengenai Miss X ini agak garang, tapi menurutku tidak, hanya saja mereka tidak mengenal Miss X dari dalamnya saja. Aku sangat senang banget hadirnya Miss X sebagai pemotivasi hidupku. Dia memang pemprovokator. Selalu memprovokatori pikirian ku dan pikiran kakakku. Dari itu Miss X selalu dan selalu saja mandorong agar aku menggunakan hijab yang benar.
Hidayah. 100% Hidayah.
Kajadian yang sering aku lewati membuat aku berfikir bahwa aku memang harus mulai berubah. Tiga bulan setelah perkuliahan berjalan, akupun memutuskan untuk menjadi hijaber. Allah menitipkan hidayah-Nya melalui rasa malu yang selalu aku rasakan. Simple saja, Rasa Malu. Memang benar ya, orang yang masih memiliki rasa malu berarti iman didalam dadanya masih ada. Aku mulai merasa nyaman dengan menggunakan hijab lebar. Walaupun secara kafaah aku belum memiliki itu semua, ya aku tetap dengan pendirianku untuk menjadi seorang yang hijaber secara fisik dulu, mungkin dimulai dari fisik makan dengan perlahan segala sesuatunya bisa berubah secara beriringan.
100% hidayah berjilbab lebar datang menghampiriku. Dan aku harus tetap menjaga titipan Allah ini.
To be Continue...

1 komentar:

  1. jagalah ragamu
    http://hidayah100.blogspot.co.id/2015/11/tips-agar-bangun-sholat-subuh.html

    BalasHapus

Blog Archive

Daftar Blog Saya

Pages

Páginas vistas en total